Selamat Datang di SDN KAPEDI II | Sekolah Calon Pemimpin Peradaban

Kontak Kami


SD NEGERI KAPEDI II

NPSN : 20529612

Jl. Utara Pasar Kapedi, Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep


[email protected]

TLP : 085655867989


          

Banner

Ajar Nembhang




Pak Sahut didampingi wali kelasHari ini, Sabtu (11/11), akan menjadi hari yang tidak terlupakan bagi peserta didik kelas V SDN Kapedi II. Untuk pertama kalinya mereka mendengarkan dan menyaksikan pembacaan macopat atau tembang. Pandangan mereka tertuju pada seorang bapak berpeci hitam yang sedang bersenandung di depan kelas.


 


Aurel, salah satu peserta didik di kelas V, beberapa tampak tertawa. Lagu yang dilantunkan oleh bapak itu tidak seperti lagu yang kerap ia dengar selama ini. Lagunya terdengar aneh, maka Aurel tak bisa menahan tawa.


 


Aurel dan teman-temannya di kelas V wajar bila menganggap lucu terhadap apa yang didengarnya. Maklum saja, selama ini, mereka tak pernah mendengar lantunan itu. Bahkan, orang tua mereka juga menjawab tidak tahu ketika mereka menanyakannya. Di lingkungan mereka bisa disebut tidak pernah terdengar lagu seperti itu.


 


Tembang, mamaca, dan macopat adalah sebutan untuk lagu yang dibawakan bapak di depan kelas. Tembang bagian dari kekayaan budaya Madura. Tembang dibacakan oleh sekolompok orang pada acara-acara sakral. Pada acara pernikahan, misalnya. Terbang dibawakan pada malam hari perkawinan sepanjang malam. Dimulai  setelah isya’ sampai menjelang subuh.


 


Itu dulu. Sekarang tak lumrah mamaca pada pernikahan. Maka wajar bila generasi sekarang tidak mengenalnya. Dan bila terus dibiarkan, dua puluh sampai tiga puluh tahun ke depan, tradisi mamaca sudah punah.


 


SDN Kapedi II (Kapedu) tidak mau itu terjadi. Melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dengan tema Kearifan Lokal, mamaca dihidupkan kembali.


 


Abdul Mu’ies selaku guru kelas V berinisiatif menghadirkan tokoh pelaku mamaca atau nembang. Namanya Pak Sahut.


 


Warga desa Aeng Dake ini merasa senang sekolah berupaya melestarikan mamaca. Ia mempraktikkan mamaca di hadapan peserta didik kelas V.  Bapak yang memiliki dua cucu ini yakin peserta didik bisa mepraktikkan mamaca. “Dengan menyimak berulang-ulang, nanti mereka akan bisa. Apalagi anak-anak cepat menangkapnya,” tutunya.Pak Sahut didampingi wali kelas



Share This Post To :




Kembali ke Atas


Berita Lainnya :





   Kembali ke Atas